"Bagaimana first lovemu?" tanyannya dengan tampang tak berdosa.
Awalnnya aku hanya tersenyum lalu tertawa, tapi lama-kelamaan aku terlibat obrolan dengannya...
"Aku mulai memandanginya sejak SD, dia memiliki wajah yang manis, hanya itu yang aku ingat. Dia terlihat sebagai sosok kakak yang baik di mataku. Aku ingat saat itu aku pernah terluka, dia terlihat mengkawatirkanku, walaupun aku tak tau sebenarnnya ia benar-benar kawatir atau tidak." :D Ucapku.
"Aku dulu berteman baik dengannya, yah~ bisa dibilang sahabat. Kami terlihat dekat, kadang bermain kejar-kejaran, pukul-pukulan, akupun masih ingat saat dia mengajarkan satu trik memukul padaku, ia juga mengajarkanku begaimana cara berlari cepat. Mungkin karena ajarannya itu, sampai sekarang aku bisa menghindar dari kejaran anak-anak yang menjadi korban kejahilanku. Entahlah walaupun sudah bertahun-tahun lamannya, tapi aku masih saja mengingat hal itu." Ucapku lagi pada gadis itu, gadis berwajah imut itu hanya mampu tertawa dan menatapku dengan penuh arti. (arti mengejek)
"Walaupun banyak orang yang mengatakan bahwa itu tidak terlalu penting dan walaupun itu adalah sebuah hal kecil, tapi bagiku itu amat berarti. Karena ia pernah tinggal di hatiku, bisa di katakan sampai sekarang." Tambahku. "Mungkin hanya itu yang bisa aku ceritakan ke padamu." Kataku mengakhiri obrolan dengannya. Dia terlihat kecewa karena aku hanya memberinnya SEDIKIT tentang rahasiaku, aku terkekeh melihat ekspresi wajahnnya saat ia merengek agar aku mau melanjutkan ceritannya. Aku hanya mengatakan "Sudah dulu ceritannya, kapan-kapan dilanjutkan." Tapi yang tak bisa ku hindari adalah saat ia terus-terusan merengek dengan wajah memelasnnya, dan kalian pasti tau akibatnnya. Yaitu aku mengaku kalah dan melanjutkan ceritaku.
"Dia tampak seperti bintang, yang bersinar tapi sulit untuk di gapai. Aku hanya bisa melihatnnya dari jauh tanpa bisa merasakan kehadirannya." Gadis itu tersenyum mendengar celotehanku. "Dan jika aku dapat memutar waktu, aku ingin kembali ke masa saat aku dekat dengannya. Aku ingin mengatakan kata 'maaf' padanya. Kau tau? Dulu aku pernah melakukan kesalaha padannya, dan aku baru mengetahuinnya beberapa saat yang lalu. Aku belum sempat mengatakan maaf, bukan belum sempat tepatnnya, tapi belum berani untuk mengatakannya. Aku takut kalau dia tak dapat menerima permintaan maafku." Gadis itu menatapku dengan tatapan sendu. "Sudahlah, jangan menatapku dengan tatapan seperti itu. Ceritannya sampai sini dulu ya..." Gadis itu mengangguk patuh, mungkin karena merasa suasana hatiku sudah menjadi buruk. --"
TO BE CONTINUED ^^
0 komentar:
Posting Komentar